translate

Rabu, 13 Agustus 2014

Ibu.. ibu.. ibu

Membayangkan kata melahirkan itu rasanya tidak bisa terbayangkan perjuangannya..
momen yang untuk pertama kalinya ku dengar secara langsung dengan telinga sendiri suara seorang bayi yang baru lahir kedunia ini dari rahim kakak kandungku. kakakku melahirkan dibulan yang penuh berkah yaitu bulan Ramadhan 1435 H. syukur Alhamdulillah selalu tercurah karena atas izin Allah akhirnya keponakan baruku dilahirkan tanpa kurang suatu apapun jua. bayi ini berjenis kelamin laki-laki. sangat membahagiakan bagi semua keluarga, apalagi bayi ini laki-laki, dimana dalam keluarga kami jarang sekali mempunyai anak laki-laki, aku saja punya saudara semuanya berjenis kelamin perempuan. perjuangan hidup dan mati memang ketika melahirkan itu. jadi terbayang bagaimana ketika ibuku  melahirkanku dulu, pasti sangat sakit dan menyusahkan, tapi ketika bayi itu lahir dengan selamat dan sehat, maka terbayarlah semua perjuangan yang selama ini dilakukan. semua berganti dengan senyuman yang membahagiakan disertai rasa suka cita yang mendalam. oleh karena itu tak patut kiranya kita menjadi anak yang tidak menghormati orang tuanya, bahkan menyakiti mereka utamanya seorang ibu.. dalam Hadits pun disebutkan :

Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, beliau berkata, “Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Kemudian ayahmu.’” (HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548).

Ibuku telah mengandungku di dalam perutnya selama sembilan bulan, seolah-olah sembilan tahun.
Dia bersusah payah ketika melahirkanku yang hampir saja menghilangkan nyawanya.
Dia cuci kotoranku dengan tangan kirinya, dia lebih utamakan diriku dari pada dirinya serta makanannya.
Dia jadikan pangkuannya sebagai ayunan bagiku. oleh karena itu buatlah ibumu tertawa, jangan membuat ibumu marah. Jika seorang ibu meridhai anaknya, dan do’anya mengiringi setiap langkah anaknya, insyaAllah rahmat, taufik dan pertolongan Allah akan senantiasa menyertainya. Sebaliknya, jika hati seorang ibu terluka, lalu ia mengadu kepada Allah, mengutuk anaknya. Cepat atau lambat, si anak pasti akan terkena do’a ibunya. Astagfirullah...


Tidak ada komentar: